Membentuk Kelompok Informal Dalam Konteks Kerja Formal
- Sabtu, 11 Mei 2024
- Administrator
- 0 komentar

Kelompok informal terbentuk, tanpa secara formal dispesifikasikan oleh seorang yang memiliki otoritas atau wewenang. Mereka sering muncul dalam bentuk subkelompok-kelompok di dalam kelompok kerja yang dibentuk secara formal. Kita sering melihat bahwa dalam organisasi-organisasi dalam kehidupan masyarakat baik dalam bentuk Dewan kemasyarakatan, Organisasi Keagamaan dan Olahraga ataupun Rukun Warga dan Rukun Tetangga(RT/RW)pun tidak terlepas adanya kehidupan yang berkelompok. Kita dapat melihat petunjuk kehadiran kelompok ini dalam kegiatan rutinitas anggota di organisasi-organisasi tersebut misalnya, orang-orang yang sama cenderung memilih makan bersama, membentuk kelompok untuk bercerita pada waktu istirahat, atau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan spontan pada pekerjaan mereka.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, tetapi juga sekaligus makhluk individu. Oleh karena itu, jika manusia kadang-kadang mempunyai dorongan untuk mementingkan diri sendiri disamping mementingkan kepentingan sosialnya adalah hal yang wajar (Menurut Kunkel dalam Walgito, 2006:13).
Sebagai makhluk sosial, manusia akan berhubungan dengan manusia lain, sehingga mereka secara alami akan membentuk suatu kelompok Informal. Kelompok informal mempunyai budaya, nilai, dan aturan sendiri yang membentuk identitas dan kohesi mereka. Mereka juga memiliki pemimpinnya sendiri, yang mungkin sama atau tidak sama dengan pemimpin formal organisasi. Para pemimpin ini dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap motivasi, kinerja, dan perilaku anggota kelompok. Kita dapat mengapresiasi dinamika kelompok informal dengan menghormati otonomi mereka, mengakui pemimpin mereka, dan memahami harapan dan kebutuhan mereka. Adapun perbedaan kelompok formal dan kelompok informal adalah bahwa kelompok –kelompok informal muncul secara spontan, sedangkan kelompok-kelompok formal dibentuk oleh suatu otoritas keorganisasian. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbulah kedekatan satu sama lain. Dampak positif dengan adanya kehidupan kelompok ini diantaranya adanya penambahan teman, relasi dan nantinya akan membentuk hubungan yang positif dengan rekan kerja. Selain hal itu, adanya kelompok ini dapat menjadi wadah untuk bertukaran pikiran dan menambah ilmu tentang suatu hal.
Kehadiran kelompok informal mengakomodir kedekatan di antara anggota—angota dan terbentuknya suasana kehidupan yang memiliki kesamaan semangat dan motivasi. Tentu saja, situasi ini akan berdampak pada terwujudnya pemenuhan kebutuhaan dari aspek-aspek kehidupan, baik di lingkungan organisasi maupun dalam situasi lain di luar organisasi. Kelompok informal sangat penting, sebab itulah faktor pembentuk kelompok informal juga mesti kita pahami dengan baik. Sebagai makhluk sosial, kita pasti saling tergabung dalam kelompok dan harus saling mempelajari satu sama lain demi keeratan antar anggota kelompok dan rasa solidaritas yang lebih baik.
Penulis : Leonardus W. Dino Setiawan,SE.,MM
(Dosen Program Studi Manajemen)
Rujukan :
Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Garfindo Persada.
Walgito, Bimo. 2006. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Winarti,2004. Manajemen Perilaku Organisasi.Jakarta:Kencana.
Artikel Terkait

Semangat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa STIE Karya Ruteng: Menyongsong Masa Depan dengan Inovasi dan Kemandirian
Selasa, 22 Oktober 2024

Mahasiswa STIE Karya terlibat dalam Kegiatan KPU COLOUR RUN bertajuk “ Satu Tujuan melangkah Bersama Menuju Pemilihan Umum Tahun 2024”
Senin, 18 Desember 2023

Ajang debat Paslon BEM; Ketua STIE karya: "kegiatan ini positif untuk kemajuan lembaga dan Mahasiswa
Senin, 18 Desember 2023